"Praaaaaang ...." kata jendela kelas ku pecah berantakan dilantai karena terhantam bola yang ditendang oleh temanku. Kami sekelas langsung tercengang dan temanku dibantu yang lain segera membersihkan pecahan kaca tersebut dan melaporkan kejadian ke guru piket. Guru piket pun memberikan hukuman pengurangan poin dan kami sekelas diharuskan untuk mengganti kaca yang pecah tersebut. Kelas pun berakhir dan kami kembali kerumah masing-masing karena sudah menjelang magrib.
Sesampainya dirumah, saya pun mengobrol dengan keluarga diruang tamu. Aku pun menceritakan kejadian hari ini dan orangtua ku pun sedikit marah ke teman ku, namun tetap memberikan uang patungan untuk mengganti kaca tersebut.
Keesokan harinya, uang patungan pun diberikan ke guru piket. Namun, teman-temanku masih tetap bermain bola dikelas. Guru piket yang kebetulan lewat pun memarahi mereka dan melarang mereka bermain bola dikelas. Siang harinya mereka bermain bola dilapangan dengan kelas lain dan tetiba ribut karena tidak menerima hasil skor dan kekalahan dalam pertandingan. Mereka menganggap lawannya curang dalam bermain, hal ini pun didengar oleh guru piket dan merekapun dipanggil ke ruang bimbingan konseling (bk) untuk diberi peringatan dan pemahaman agar tidak bertengkar. Setelah keluar dari ruang bk, dengan langkah gontai karena kesal, mereka kembali kekelas. Sesampainya dikelas mereka pun mencurahkan kekesalan mereka kekami. Lalu tidak lama, kelas kami diketuk dan beberapa anak laki-laki dari kelas lain masuk. Ternyata mereka adalah lawan teman-teman kami saat bermain bola. Mereka pun dengan tertunduk malu meminta maaf kepada teman-temanku karena telah berbuat curang dalam pertandingan dan dengan lapang dada mereka pun saling bersalaman tanda kembali berteman. Kejadian ini pun saya ceritakan kekeluarga setelah pulang sekolah dan merekapun tertawa kecil.
Dihari berikutnya, pada jam pelajaran berakhir, kegaduhan terjadi dikelasku karena guru kami tidak hadir. Ada siswa yang mengobrol, bernyanyi, bercanda, bercerita dan juga berkelakar. Temanku yang sedang berkelakar sangatlah menganggu kelas lain. Suara kegaduhan kelas kami tidak hanya terdengar dari kelas sebelah tapi sampai ke meja guru piket. Guru piket pun menuju kelas kami. Tapi bukan siswa namanya kalau tidak ada strategi, temanku yang didepan segera masuk dan memberi peringatan bahwa guru piket sedang menuju kelas. Maka segeralah kami ke posisi bangku masing-masing dan langsung melanjutkan tugas yang diberikan. Guru piket pun hanya mengintip dari jendela dan kembali ketempatnya. Melihat guru piket hilang dari pandangan, beberapa teman mulai gaduh lagi dan ternyata kegaduhan kali ini ketahuan oleh guru piket yang ternyata masih ada didekat tangga. Guru piket pun memarahi dan menghukum kami. Tugas pun sangat banyak diberikan dan kami diharuskan menyelesaikannya sebelum jam berakhir. Tapi, kriiinggggg tidak lama bel tanda pulang pun berbunyi, kami pun berbahagia karena sudah waktunya pulang. Ketika kami sibuk mulai merapihkan buku sekolah kedalam tas. Guru piket memarahi kami agar kami tetap mengerjakan tugas yang ia berikan sampai selesai, ini hukuman buat kami dan membuat kami tidak bisa pulang sebelum selesai. Dengan berat hati kami pun menerima hukuman tersebut.
Setelah hampir satu jam berlalu, akhirnya tugas ku pun selesai dan langsung ku berikan ke guru piket. Aku pun diperbolehkan pulang setelah ia periksa. Sesampainya dirumah orang tua sudah menunggu dengan wajah sedikit geram karena aku pulang terlambat. Aku pun menceritakan kejadian dikelas hari ini dan keluargaku sedikit mengomel karena kelakukanku dan teman sekelas. Ayah memukul palaku dengan ringan dan memberi nasihat agar tidak ikutan gaduh dikelas lagi ketika tidak ada guru. Yah, inilah kisah tiga hariku disekolah, semoga besok tidak terjadi lagi