Januari 17, 2022

Cerpen - Terima kasih, Hender

 Pagi indah menemaniku dan burung berkicau tersenyum senang padaku. Aku duduk dipinggiran teras sebuah villa bercat hijau dengan pemandangan pegunungan yang berbaris dan sawah yang bertebaran. Angin bertiup dingin menepis pipiku. Sedikit demi sedikit cahaya kuning menyentuh kulitku sebagai tanda aku harus keluar dari rasa kantuk ini. Perlahan aku turun dari balkon menuju tempat mama yang sedang sibuk menjemur pakaian. Saat turun ada seseorang berpakaian tanpa lengan yang sedang tertidur di sofa ruang tamu. Wajahnya tampan, senyum tipis pun muncul diwajahku.

"Yuna..."

Panggilan mama membuatku sadar dari lamunan ini, aku pun segera menghampirinya. Setelah kami menjemur pakaian dan memasak. Kami pun membangunkan ayah dan kakak. Sore ini ayah dan mama akan ke Jakarta selama seminggu untuk bertemu dengan rekan kerja ayah. Aku dan kakak harus tetap disini, yah.. rumah kami di Jakarta sedang direnovasi. 

Pekerjaan rumah pun selesai, ku ambil segelas air putih yang segar untuk mama. "Ma, ini buat mama." ucapku. Mama pun tersenyum dan berterima kasih sambil mencium pipiku. Sambil bersantai, aku pun bertanya tentang orang yang ada di ruang tamu. Mama pun bercerita, ia adalah anak teman ayah yang sedang libur kuliah. Mama mengundangnya kerumah untuk menemaniku karena kakakku juga akan pergi meninggalkanku sendiri di sini. Ia bernama Hender. 

Waktu pun berlalu, jam sudah menunjukkan pukul 3 sore, ayah dan mama sudah bersiap menuju Jakarta, sedangkan kakakku sudah pergi semenjak zuhur. Sedikit sedih hatiku karena akan ditinggal sendirian di villa ini. "Jaga diri ya sayang, mama dan ayah di Jakarta dan akan selalu telpon kalian." ucap mama sebelum mereka meninggalkan villa. Selepas mereka pergi, aku pun masuk kekamar untuk mengerjakan tugas sekolah. Sebenarnya kamar ku sangat nyaman, ruangannya cukup luas untuk aku sendiri dan pemadangan dari balkon sangat indah. Sayup-sayup angin kembali menerpa pipiku membuat ku terkantuk dan akhirnya aku pun tertidur.

Tetiba rington ku berbunyi membuatku sedikit sadar tapi aku masih tenggelam dalam kantukku. Lalu ada suara lembut dari luar kamarku. Dengan gontai aku pun bangun dan membukakan pintu, ternyata Hender. Ia memberikan ku handphonenya, ku lihat ada foto mama disitu. "Kenapa ma?" aku pun kembali masuk kamar dan berbincang dengan mama. 

Setelah cukup lama kami mengobrol, aku pun baru menyadari handphone yang kugunakan ini adalah milik Hender. Dengan sigap aku bangkit dari kasur dan menghampirinya. Ku lihat ia sedang memasak didapur, wanginya sangat menggugah liurku, dan tak kusangka perut ku pun berbunyi. Ia pun menoleh dan tersenyum kecil, sungguh malunya aku. 

"Sebentar ya, dikit lagi matang." ucapanya. Aku pun sedikit kaget, "Iya ka, hehe... maaf juga tadi kelamaan pinjam hapenya." aku pun menghampirinya. "Ada yang mau aku bantu, ka?" tawarku, tapi ia menggeleng. "Ehmm.. kamu bawa ini dan tunggu aja di meja makan." Aku pun bergegas mengikuti intruksinya. Sedikit ku intip, selain tahu dan tempe goreng yang sedang kubawa, ia juga membuat sayur asem dan sambal teri, makanan kesukaanku. Kruyuk.. perut ku pun kembali berbunyi. 

Tidak lama ia pun menghampiriku di meja makan. Alat makan dan minum sudah ku siapkan. Setelah duduk, ia pun mengajaku makan "Yuk.. makan. Semoga suka sama masakanku." ucapnya. Aku pun mulai melahap dan tercenagang karena enak. "Gimana?" tanyanya. Aku pun memberikan sinyal menyukai masakannya. Ia pun tersenyum dan mulai makan. Setelah makan kami pun mengobrol, ia bercerita saat ini sedang liburan kuliah, selepas asrama kampus, ia suka masak masakan Indonesia di apartemennya. Beberapa teman Indonesia dan asing yang suka singgah dikamarnya pun menyukai masakannya. "Besok kita keliling, yuk.." ajaknya. Aku sedikit tersentak kaget. "Tapi aku izin mama dulu ya, ka." dan ia pun setuju.

Malam semakin larut, suhu ruangan pun semakin dingin. Setelah merapihkan alat makan dan mengunci pintu villa, aku pun segera menuju kamar. Ditemani lagu-lagu klasik sambil membayangkan kegiatan besok, aku pun terlelap dalam senyum.

.....

Tidak kusangka hari pun cepat berlalu, sungguh menyenangkan pergi keliling puncak bersama Hender. kami sempat nyasar karena berjalan menuju hutan, terjebak hujan deras ditengah kampung yang tidak dikenal, dan bertemu berkenalan dengan banyak penduduk disekitar villa. Kami pun diberikan susu sapi segar oleh tetangga yang memiliki perternakan dan diperbolehkan untuk memeras susu sendiri. Tidak kusangka sangat banyak tempat menyenangkan disekitar villa yang tidak pernah aku lakukan selama disini. 

Tidak lama setelah mama dan ayah pulang dari Jakarta. Kami pun bersiap untuk kembali ke rumah. Rumah kami sudah selesai di renovasi dan waktu liburan Hender di Indonesia pun sudah selesai, ia harus kembali melanjutkan kuliahnya di New York. Hati ini sungguh sedih karena akan ditinggal olehnya. Malam ini adalah malam terakhir aku tinggal divilla, sambil memandang rembulan yang menderang, aku tersenyum dalam sedihku.

.....

"Yuna.. ayo cepat dikit. Nanti Hender ketinggalan pesawat." 

Dengan langkah gontai, ku tenteng bonekaku yang diberikan oleh Hender ketika kami berkunjung ke taman safari. Semua perabotan rumah sudah dalam kondisi rapih dan siap ditinggalkan. Sesampainya dihalaman kulihat hanya tersisa satu mobil saja, ternyata mama, ayah, dan kakak sudah berangkat terlebih dahulu menuju Jakarta karena membawa beberapa barang dalam mobil box, sedangkan aku akan pulang kerumah setelah mengantarkan Hender ke Bandara.

Suasana hening didalam mobil, tanpa sepatah katapun keluar dari mulutku. Hender pun sibuk memperhatikan handphonenya. Hanya suara klakson yang kudengar. Aku merasa tak kuat berbicara dengannya, hatiku masih sedikit sedih dan sifat manjaku membuatku takut untuk mengajaknya berbicara. Aku memang mudah menangis apabila merasa akan ditinggalkan. Sepanjang diam, aku kembali mengingat kenangan bersamanya. Hiks.. hiks.. tak kusangka aku menangis. Ia pun tersadar, "kamu kenapa?" aku hanya mampu menjawab dalam isak tangis. Ia pun mengusap palaku.

Hiruk pikuk bandara pun tidak terhindarkan. Aku mengantarnya menuju pintu masuk. Sebelum memasuki pintu keberangkatan, ia pun memelukku dengan hangat dan mengucapkan terima kasih padaku karena aku mau menemaninya selama liburan kemarin. Tangisku pun kembali pecah dan dalam isak aku pun berterima kasih karena tanpanya aku pun hanya akan diam divilla. Terdengar pintu penerbangan menuju New York akan segera dibuka dan ia pun harus bergegas masuk. Sebelum pergi meninggalkan ku, diusaplah kepalaku sambil berkata dalam bahasa Inggris, bahwa ada hadiah buat ku dimobil. Aku pun berterima kasih dan juga memberikannya hadiah yang sudah aku siapkan untuknya. 

Ia pun membuka hadiahku, sebuah hasil ilustrasi digital yang kubuat khusus untuknya. Raut wajahnya sangat senang dan ia pun berterima kasih padaku. Tangisku sudah mereda dan ia pamit untuk pergi. Perlahan, ia menghilang dalam pandanganku.

Setibanya dimobil, ku lihat ada sekotak kado berwarna coklat tua. Perlahan ku buka pita yang mensegelnya dan aku tersenyum melihat isinya. Sekotak coklat dan lembaran foto-foto kami berdua selama berkeliling puncak kemarin, foto ini dibingkai unik dari bahan kayu dan rotan kering, terdapat pula sepucuk surat bertuliskan, Semoga kamu suka sama hadiah ini. Maaf aku hanya bisa kasih hadiah seadanya. Tapi aku janji saat kita bertemu kembali, aku akan kasih kamu hadiah lagi. See ya..

Melihat foto-foto yang ia berikan membuatku tersenyum dan kembali mengingat kejadian di foto itu, "Terima kasih, Hender... Aku akan sangat merindukan mu kembali kehadapanku. "

Tidak ada komentar: